Hmm, pasar sunscreen lokal lagi suspicious, nih. Sudah beredar narasi bahwa beberapa brand lokal melakukan “pemalsuan SPF”. Maksudnya apa? Klaim yang enggak sesuai.
Sepasang TikToker dengan username @cicikoko_review baru saja spill fakta gelap tentang sunscreen, guys. Dengan bantuan Lab Farmasi UI, kita mendapati informasi yang cukup mengejutkan. Pasalnya, beberapa brand yang telah mengklaim mengandung SPF dengan volume yang menarik terbukti telah melakukan false claim. Dengan kata lain, SPF-nya enggak sebesar yang mereka janjikan.
Hal ini tentunya membuat beauty enthusiast kecewa dan lebih was-was terhadap produk sunscreen yang digunakan. Bagaimana enggak? You’re putting your skin at risk. Personally, lumayan terdampak juga, guys. I have a little personal story to share with you regarding this:
Sebagai seseorang yang sangat memperhatikan kesehatan kulit, sunscreen is a must. Dengan budget yang lebih difokuskan pada skincare lain, aku memilih sunscreen yang memang enggak begitu terkenal (it’s local, though). Klaimnya, SPF 50 PA+++ siap menjaga kulit aku melawan sinar matahari. Dengan percaya diri, penggunaan sunscreen ini berlangsung selama lebih dari 3 bulan. Sayangnya, alih-alih terlindung dengan baik, kulit wajahku justru menjadi kering dan gosong di beberapa area tertentu. This made me second guess the actuality of the contained SPF. Dengan berat hati, aku beralih pada sunscreen dari brand yang lebih terkenal dan terpercaya. Hasilnya? My skin got so much better. Hiperpigmentasi hilang, dan kulit menjadi lebih lembut. Apa yang bisa dipetik dari kejadian ini? I might have just been a victim of fake SPF and false claims. |
Maraknya false claim yang beredar di pasaran lokal memang membuat kita enggak tenang, guys. Inilah mengapa budaya membaca ingredients sekaligus review sedang super dibutuhkan.
Sekarang, bagaimana cara kita mengidentifikasi SPF? Kita memang enggak akan bisa menemukan jawaban yang eksak dan jelas akan volume SPF asli dalam sebuah produk sunscreen, tapi hal/upaya yang bisa kita lakukan adalah:
- Cek semua kandungan yang tertera pada box – Adakah ada kandungan yang memang berperan sebagai skin protector against UV? Kalau ada, it could be legit, kalau enggak ada, it’s definitely a false claim.
- Cek review – cari pengalaman beauty enthusiast lain akan sunscreen yang ingin kamu coba. Pastikan kalau review ini berdasarkan pemakain minimal lebih dari satu bulan. Anything less than a month isn’t really that valid when it comes to sunscreen.
As much research as we can possibly do, kita enggak bisa 100% percaya diri terhadap temuan SPF, kecuali memang telah dibuktikan oleh uji coba lab. Nah, untuk membantu kamu, Team Lippielust mau share beberapa sunscreen yang kita gunakan secara pribadi; sunscreen yang sudah legit works on our skins. Check out the list below!
Hmm, pasar sunscreen lokal lagi suspicious, nih. Sudah beredar narasi bahwa beberapa brand lokal melakukan “pemalsuan SPF”. Maksudnya apa? Klaim yang enggak sesuai.
Sepasang TikToker dengan username @cicikoko_review baru saja spill fakta gelap tentang sunscreen, guys. Dengan bantuan Lab Farmasi UI, kita mendapati informasi yang cukup mengejutkan. Pasalnya, beberapa brand yang telah mengklaim mengandung SPF dengan volume yang menarik terbukti telah melakukan false claim. Dengan kata lain, SPF-nya enggak sebesar yang mereka janjikan.
Hal ini tentunya membuat beauty enthusiast kecewa dan lebih was-was terhadap produk sunscreen yang digunakan. Bagaimana enggak? You’re putting your skin at risk. Personally, lumayan terdampak juga, guys. I have a little personal story to share with you regarding this:
Sebagai seseorang yang sangat memperhatikan kesehatan kulit, sunscreen is a must. Dengan budget yang lebih difokuskan pada skincare lain, aku memilih sunscreen yang memang enggak begitu terkenal (it’s local, though). Klaimnya, SPF 50 PA+++ siap menjaga kulit aku melawan sinar matahari. Dengan percaya diri, penggunaan sunscreen ini berlangsung selama lebih dari 3 bulan. Sayangnya, alih-alih terlindung dengan baik, kulit wajahku justru menjadi kering dan gosong di beberapa area tertentu. This made me second guess the actuality of the contained SPF. Dengan berat hati, aku beralih pada sunscreen dari brand yang lebih terkenal dan terpercaya. Hasilnya? My skin got so much better. Hiperpigmentasi hilang, dan kulit menjadi lebih lembut. Apa yang bisa dipetik dari kejadian ini? I might have just been a victim of fake SPF and false claims. |
Maraknya false claim yang beredar di pasaran lokal memang membuat kita enggak tenang, guys. Inilah mengapa budaya membaca ingredients sekaligus review sedang super dibutuhkan.
Sekarang, bagaimana cara kita mengidentifikasi SPF? Kita memang enggak akan bisa menemukan jawaban yang eksak dan jelas akan volume SPF asli dalam sebuah produk sunscreen, tapi hal/upaya yang bisa kita lakukan adalah:
- Cek semua kandungan yang tertera pada box – Adakah ada kandungan yang memang berperan sebagai skin protector against UV? Kalau ada, it could be legit, kalau enggak ada, it’s definitely a false claim.
- Cek review – cari pengalaman beauty enthusiast lain akan sunscreen yang ingin kamu coba. Pastikan kalau review ini berdasarkan pemakain minimal lebih dari satu bulan. Anything less than a month isn’t really that valid when it comes to sunscreen.
As much research as we can possibly do, kita enggak bisa 100% percaya diri terhadap temuan SPF, kecuali memang telah dibuktikan oleh uji coba lab. Nah, untuk membantu kamu, Team Lippielust mau share beberapa sunscreen yang kita gunakan secara pribadi; sunscreen yang sudah legit works on our skins. Check out the list below!